Apa itu glaukoma?
Glaukoma merupakan penyakit kerusakan saraf mata progresif yang ditandai dengan kerusakan lapangan penglihatan. Tekanan bola mata yang tinggi merupakan faktor risiko utama glaukoma. Peningkatan tekanan bola mata terjadi karena adanya gangguan drainase atau aliran keluar cairan bola mata aqueous humour.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak di seluruh dunia. Diperkirakan 39 juta orang di dunia mengalami kebutaan dan 3,2 juta orang di antaranya disebabkan glaukoma. Ada 4 sampai 5 orang dari 1.000 orang di Indonesia yang menderita glaukoma.
Kerusakan saraf mata akibat glaukoma bersifat permanen sehingga apabila penderita sudah sampai tahap kebutaan, maka kebutaan tersebut akan menetap.
Glaukoma bersifat kronik progresif, artinya kerusakan saraf mata terjadi dalam waktu yang lama dan semakin lama semakin berat. Kerusakan saraf mata akibat glaukoma menyebabkan hilangnya lapangan penglihatan.
Pada glaukoma kerusakan lapangan penglihatan berawal dari bagian tepi atau perifer. Lapangan penglihatan menjadi sempit dan lama kelamaan pandangan seperti melihat dari suatu lubang yang kecil. Pada tahap lanjut dapat menyebabkan ketidakmampuan melihat sama sekali atau kebutaan.
Ada 2 tipe glaukoma, yaitu glaukoma sudut tertutup, dikenal dengan glaukoma yang bergejala dan glaukoma sudut terbuka dikenal dengan glaukoma yang tidak bergejala. Jenis glaukoma sudut terbuka adalah yang paling banyak dialami dibandingkan dengan sudut tertutup.
Siapa yang berisiko terkena glaukoma?
Glaukoma dapat menyerang siapa saja dari semua golongan umur, baik bayi baru lahir, anak-anak, remaja sampai usia lanjut. Meskipun begitu, penderita yang paling banyak adalah usia diatas 40 tahun.
Beberapa golongan memiliki risiko yang lebih tinggi menderita glaukoma, di antaranya memiliki riwayat keluarga yang menderita glaukoma, usia diatas 40 tahun, penderita minus atau hiperopia tinggi, penderita yang memiliki penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus dan hipertensi, riwayat terkena benturan dan penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid dalam jangka panjang.
Bagaimana gejala glaukoma?
Umumnya glaukoma tidak memiliki keluhan, sehingga penderita seringkali tidak menyadari bahwa dia telah mengalami kerusakan saraf mata akibat glaukoma dan mengalami kebutaan. Sehingga glaukoma dikenal dengan “si pencuri penglihatan”.
Gejala yang bisa terjadi adalah berkurangnya penglihatan secara perlahan-lahan, biasanya diikuti kedua mata. Jika sudah sampai tahap lebih lanjut maka penglihatan seperti melihat ke dalam terowongan atau disebut juga tunnel vision.
Hanya sebagian kecil kasus glaukoma yang dapat menimbulkan gejala, yaitu berupa mata merah, penglihatan berkabut, sakit di sekitar bola mata, mual, melihat lingkaran pelangi di sekitar lampu, dan penglihatan menjadi buram mendadak.
Pemeriksaan apa saja yang diperlukan?
Tekanan Bola Mata intraokular atau tonometri. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan alat pengukuran berupa semburan udara. Tekanan bola mata normal adalah antara 10-21 mmHg.
Luas lapang pandang atau perimetri. Perimetri merupakan pemetaan area yang dapat dilihat penderita. Pemeriksaan ini sangat penting untuk menilai tingkat keparahan glaukoma dan sebagai evaluasi terapi.
Gonioskopi sebagai pemeriksaan saluran drainase yang bertujuan untuk menentukan tipe glaukoma berupa sudut terbuka atau tertutup.
Pemeriksaan struktur saraf mata. Prosedur pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai saraf mata ada tidaknya glaukoma atau sebagai evaluasi progresifitas penyakit.
Pakimetri mengukur ketebalan kornea, jaringan bening yang berada paling depan dari bola mata. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena ketebalan kornea dapat mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.
Bagaimana pengobatan glaukoma?
Tujuan dari pengobatan glaukoma adalah untuk mengontrol progresifitas penyakitnya. Glaukoma hanya dapat dikontrol, namun tidak dapat disembuhkan secara total.
Penanganan glaukoma meliputi obat-obatan, tindakan laser, operasi dan pemasangan implant glaukoma. Sampai saat ini, tujuan terapi glaukoma adalah untuk melancarkan aliran drainase yang tersumbat dan mengurangi tekanan intraokular agar tekanan bola mata tetap normal.
Tips agar disiplin menggunakan obat-obatan glaukoma.
Umumnya obat-obatan glaukoma dipakai seumur hidup, sehingga penting untuk menjaga agar tetap disiplin dalam penggunaannya. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan, yaitu menulis nama obat dan dosisnya di tempat yang mudah dilihat, misalnya ditempel di pintu kulkas. Bila diperlukan dapat menggunakan alarm untuk pengingat jadwal pemakaian obat.
Kenali obat-obatan dengan mudah melalui warna tutup botolnya dan memisahkan tempat penyimpanan dengan obat-obatan lain agar tidak terjadi kekeliruan penetesan obat. Selalu membawa obat-obatan bila melakukan perjalanan jauh. Bila terlewat memakai obat, maka gunakan sesaat setelah mengingatnya, kemudian kembali ke jadwal semula.
Apa yang harus dilakukan bila sudah menderita glaukoma?
Bagi penderita yang sudah mengalami glaukoma diharapkan agar dapat mempertahankan kualitas hidup yang baik dan tetap produktif. Diperlukan sikap disiplin dalam penggunaan obat-obatan dan kontrol teratur sesuai anjuran dokter. Libatkan anggota keluarga untuk membantu agar lebih disiplin. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan bahwa penyakit glaukoma tetap terkontrol dan tidak terjadi progresifitas. Bahkan bila tekanan bola mata sudah dinyatakan normal, kontrol secara teratur tetap diperlukan.
Gaya hidup dapat berpengaruh pada glaukoma. Gaya hidup yang baik, yaitu selalu mengonsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi, mengurangi asupan garam dan kafein, olahraga teratur, menghindari rokok, dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
Bila sebagian besar penglihatan telah hilang, dapat diberikan rehabilitasi dan alat bantu untuk menjalani aktivitas sehari-hari secara aktif dan mandiri.
Apakah berpengaruh terhadap emosi?
Glaukoma dapat menimbulkan rasa stress dan emosi karena ancaman kebutaan yang permanen. Saat pertama kali dinyatakan glaukoma biasanya penderita akan merasa khawatir bahkan sampai merasa depresi. Mencari informasi yang benar dari sumber yang dapat dipercaya tentang glaukoma akan membuka wawasan bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol glaukoma, sehingga tidak menyebabkan kebutaan.
Bila sudah mengalami kehilangan penglihatan, maka komunikasikan dengan dokter tentang bantuan yang dapat diberikan untuk dapat beraktivitas secara mandiri.
Oleh : dr. Sri Rezeki Handayani, Sp. M – Dokter Spesialis Mata RSBP Batam