Pulau Rempang: The New Engine of Indonesian’s Economic Growth

Pada mulanya, Pulau Batam dikembangkan sebagai Pangkalan Logistik dan Operasional. Kegiatan itu berhubungan dengan eksploitasi dan eksplorasi minyak lepas pantai sesuai Keppres 65 Tahun 1970.  Kemudian pada 26 Oktober 1971, Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres Nomor 74 Tahun 1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam Menjadi Daerah Industri. Di masa inilah, cikal bakal munculnya Otorita Batam yang kemudian diresmikan melalui Keppres 41 Tahun 1973.

Tiga tahun berselang, Batam kemudian dikembangkan menjadi kawasan industri, pusat perniagaan, pariwisata, dan pengembangan daerah industri. Perkembangan Batam pun kian pesat kala Otorita Batam dipimpin oleh Prof. Dr. Ing. BJ Habibie selama dua dekade. Di bawah kepemimpinannya, Batam kian dikenal sebagai daerah industri berteknologi tinggi, perdagangan, alih kapal, dan pariwisata.

Perkembangan ini pun kemudian berdampak pada pulau-pulau di sekitar Batam. Pada dekade 1990-an, dibangunlah Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Rempang, dan Galang. Namun, jembatan ini tak hanya jadi sarana penghubung saja. Jembatan Barelang bahkan ikut menggerakkan roda ekonomi serta pemerataan pembangunan.

Pada pertengahan tahun 2023 ini, pucuk dicinta, ulam tiba. Guyuran investasi sebesar USD 11,5 miliar datang. Proyek di Kawasan Rempang diperkirakan dapat menyerap 35 ribu tenaga kerja. Pengembangan ini pun akan membuat Pulau Rempang menjadi kawasan ekonomi baru atau The New Engine of Indonesian’s Economic Growth, dengan konsep “Green and Sustainable City”.

Awal Agustus 2023 lalu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengunjungi langsung kawasan yang akan menjadi lokasi pembangunan pabrik kaca terintegrasi di Kawasan Rempang. Kunjungan itu pun dilakukan sebagai tindak lanjut penandatanganan Memorandum of Undestanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dengan Xinyi Group, perusahaan asal Negeri Tirai Bambu yang bergerak di bidang pembuatan kaca dan panel surya terbesar di negaranya.

Tidak hanya itu, pengembangan ini juga akan mewujudkan Rempang menjadi kawasan Eco-City. Sebab, dalam pengembangannya Pulau Rempang turut mendukung proses transisi energi fosil ke energi terbarukan. Hal yang tejadi lantaran kawasan ini telah diputuskan menjadi fasilitas hilirisasi pasir kuarsa, atau pasir silika terbesar di Indonesia. Yang mana, produk hilirisasi tersebut adalah memproduksi energi terbarukan yaitu solar panel.

Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, optimistis realisasi investasi bakal terus meningkat seiring pengembangan Pulau Rempang sebagai kawasan khusus ke depan. Sebab, akan ada tujuh zona yang dikembangkan di kawasan tersebut. Ketujuh zona itu akan dibagi menjadi Rempang Integrated Industrial Zone, Rempang Integrated Agro-Tourism Zone, Rempang Integrated Commercial and Residential, Rempang Integrated Tourism Zone, Rempang Forest and Solar Farm Zone, Wildlife and Nature Zone, dan Galang Heritage Zone.

Nantinya, kawasan itu juga memberikan kemudahan koneksi antar pulau sekitar serta menyajikan zona pariwisata yang mengedepankan konservasi alam. Ada pula taman burung serta zona sejarah dan kawasan agrowisata terpadu yang memanfaatkan keunggulan alam di pulau tersebut. Tak main-main, target investasi di pulau itu pun mencapai Rp381 triliun dan perkirakan akan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 306 ribu orang.

Akselerasi pengembangan wilayah Rempang nantinya diharapkan bisa ikut memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Mengingat pertumbuhan ekonomi di Kota Batam dan Kepulauan Riau (Kepri) tengah berada pada ritme yang baik. Yang mana perekonomian Provinsi Kepri tumbuh sebesar 5,77 persen sepajang semester I 2023 (Januari-Juni) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bagikan:

Nomor telepon Pemadam Kebakaran

PBK Batu Ampar

PBK Duriangkang

PBK Sekupang

PBK Sagulung

PBK Sei Panas

Nomor Telepon RS BP Batam